Selasa, 23 Oktober 2012


Budidaya Tomat Cherry Hidroponik


Syarat Lingkungan. Tidak seperti budidaya tomat dilahan terbuka yang sangat terpengaruh cuaca,lingkungan tanaman di green house bisa diatur sesuai syarat lingkungan yang di butuhkan.Tommat Cheery cocok ditanam pada daerah ketinggian 600-1500 m dpl dan bersuhu 17-28 derajat C.

Penyemaian dan Penanaman. Biji Tomat Cheery terlebih dahulu dijadikan bibit dahulu selama dua bulan. Penyemaian bibit atau pembibitan mengunakan tray (wadah persemaian berbentuk kotak bersekat berbahan plastik) yang diisi dengan media tanam berupa rock wool (bentuknya mirip sabut kelapa).
Setelah satu bulan dan tinggi tanaman mencapai 15 cm barulah bibit bisa dipindahkan kelokasi tanam didalam green house. Bibit tersebut ditanam didalam polybag ukuran 30-35 cm berisi arang sekam yang disusun berjajar.

Pemeliharan. Selama pemeliharaan kondisi green house usahakan selau tertutup dan steril agar tanaman tidak terserang serangga atau penyakit. Jangan lupa terus mengecek keadaan tanaman ,misalnya apa ada serangga yang menempel, membuang daun tua agar area tanaman tetap bersih, dan melihat keadaan buah yang kurang bagus , misalnya ada yang penyok ,bekas kuku ataupun pecah sebaiknya dibuang.
Untuk menyiram tanaman tomat dilakukan bersama dengan pemupukan menggunakan alatdrip irigaton (irigasi tetes). Pupuk dilarutkan dalam air dan disiram ketanaman. Sehari bisa dilakukan dua kali penyiraman, tetapi pada kondisi tertentu misalnya musim panas bisa 3 kali dan lamanya penyiraman bisa bisa memakan waktu 5 menit.
Pupuk yang digunakan berupa pupuk khusus hidroponix yang disebut larutan AB mix.takaranya pupuk cair diencerkan dengan air sebanyak x ml pupuk x 200 . Misalnya 5ml larutan pupuk stok A dan 5 ml larutan pupuk stok B diencerkan dengan tambahan air sampai menjadi 1000 ml larutan pupuk (dihitung dari 5 ml x 200).

Panen. Setelah masa penyemaian benih menjadi bibit selam satu bulan, 2-3 bulan kemudian sudah bisa dilakukam panen perdana. Tanaman ini dipanen dua hari sekali sampai 5-6 bulan lamanya, sehingga total produktipitas Tomat Cheery sekitar 10 Bulan dan setelah itu harus diganti dengan bibit baru.
Sebelum tanaman diganti agar terus mendapat panen yang kontinyu,sebaiknya dilakukan penyemaian tanaman baru sekitar selama 4 bulan sebelumnya.buah yang dipanen tidak usah dicuci untuk menghindari kebusukan cukup dilap saja sampai bersih lalu di kemas.

Info lebih lengkap dapat menghubungi :

PT Kebun Sayur Segar
Jl.Raya Parung No.546 Bogor 16330
Telp: (0251) 8619915
Fax : (0251) 8619914
Email: parungfarm@yahoo.com
www.parungfarm.com


Direktori Budidaya Tomat Cheery
A.Penjual Tomat Cherry 

PT. Abdoelah Bastari Agriculture (ABBAS-AGRI)
Jln. Surabaya No 11,Jakarta 10310, Indonesia
Telp: 021-3143372, 3919313
Fax: 021-3155187
Email: info@abbas-agri.com
Web: http://abbas-agri.com/

PT Kebun Sayur Segar
Jl.Raya Parung No.546 Bogor 16330
Telp: (0251) 8619915
Fax : (0251) 8619914
Email: parungfarm@yahoo.com
Web: www.parungfarm.com

PT. Saung Mirwan
Jl. Cikopo Selatan No.134 Kec, Megamendung,Bogor 16750, Jawa Barat
Telp:085219489320/ 0251-241269
Fax:0251-241268
Email: vegetables@saungmirwan.com
http://www.saungmirwan.caom

Fadhilah Strawberry
Jl. Maller Selatan No.291/117 Bandung 40262, Jawa Barat
Telp: 02292449081,330692, 0818223352
Fax: 022-7312354
Email: goeme.biz@gmail.com

B.Pegumpul Tomat Chery
Golden Fruits&Vegetables
Jln. Puspitek Raya No. 25 Buaran Serpong –Tangerang Selatan
Telp / fax : 021-75871643/0816849571

Toko Plamboyan
Jl. Bumi Sentosa Raya A1 No.5,6,7,8,31,32,33 Cibinong, Bogor
Telp: 021 8760072, 8759829/08161952064
Fax: 021-8759829
Email: layanan@flamboyan.co.id

C.Penjual Benih Tomat Cherry
Joro
Jl. Raya Pertanian No. 12 Bendungan Ciawi Bogor 16720
Telp:0251- 246356
Fax: 0251-246356
http://jorobogorblogspot.com/
email: info@joro.co.id/ctna@ymail.com

PT. Tanindo Subur Prisma 
Mediterania garden Building I Tower C Unit GCF, Lever Graound Suite #7
Jl. Letjen S Parman-Tj, Duren Raya kav 5-9 jakarta 11470
Telp:0811168701, 021- 68537503
Fax: 021- 5349976
Web: http://www.tokotani.com

D.Penjual Alat Dan Sarana Budidaya
Hidrogroup Indonesia
Jl. P. Mangkubumi No. 123 Sleman Yogykarta Indonesia 55281
Telp: 0215775151
http://www.hidrogroup.com

Toko PD Mulya
Jl. Raya Cisaat No.231, Sukabumi Jawa Barat
Telp: 081808512452

E.Asosiasi
Direktorat Jenderal Holtikultura
Jl.AUP Pasar Minggu No.3 Pasar Minggu , Jakarta Selatan 12520
Telp: 021- 7814545/ 021- 78842941

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan 29 Pasar minggu Jakarta selatan 12540,Indonesia
Telp: 021- 780 6202
Fax: 021- 7800644
Email: info@litbang.deptan.go.id
Web: www.litbang.deptan.go.id


Selected Reading Tabloid Peluang Usaha Edisi Agribisnis 12-25 Mei 2010

http://mekarraya.blogspot.com/2010/05/budidaya-tomat-cherry-hidroponik.html

Senin, 22 Oktober 2012


MedanBisnis – Medan. Harga sayuran yang dijual di sejumlah pasar di Medan kembali mengalami kenaikan menyusul minimnya pasokan sayuran dalam beberapa hari terakhir. Sejumlah pedagang mengaku, hingga saat ini pasokan sayuran dari Berastagi dan Tanah Karo berkurang hingga lebih dari 40%.
Rosmalia, seorang pedagang di Pusat Pasar mengatakan, minimnya pasokan tersebut memaksa pedagang untuk menaikkan harga sayuran lantaran permintaan konsumen cenderung meningkat. "Biasalah itu, kalau pasokan sudah minim dan permintaan tinggi, kami menaikkan harga," katanya, kepada MedanBisnis, Kamis (18/10).

Pantauan MedanBisnis di sejumlah pasar, harga sayuran yang naik itu seperti sawi putih yang kini kembali dijual dengan harga Rp8.000 per kg naik dari Rp6.000 per kg, begitu juga dengan kembang kol dan brokoli yang dijual dengan harga Rp10.000 per kg atau naik dari Rp7.500 per kg. Sayuran lainnya yang juga naik antara lain terong, wortel, tomat, cabai dan sejumlah komoditas lainnya yang rata-rata naik antara 5- 20% dari harga sebelumnya.

Debora, pedagang di sayuran di Pasar Petisah Medan mengatakan, dalam sehari pihaknya biasanya memasok sayuran hingga lebih dari 500 kg. Tapi dengan minimnya sayuran seperti sekarang ini, pedagang hanya bisa memasok tidak lebih dari 300 kg setiap hari. Padahal, permintaan konsumen biasanya melebihi angka itu. Pedagangpun mengambil langkah dengan menaikkan harga.

Diungkapkannya, penaikan harga oleh pedagang tersebut sengaja dilakukan untuk memeroleh pendapatan tambahan sehingga bisa menutupi biaya operasional. Maklum, dengan pasokan yang minim itu, pendapatan pedagang mengalami penurunan jika harga lama tetap dipertahankan. Bahkan, untuk menutupi biaya operasional saja tidak cukup.

Sejumlah pedagang memperkirakan, minimnya pasokan sayuran tersebut disebabkan karena cuaca buruk yang melanda Sumut dalam sepekan terakhir. Hal tersebut menyebabkan proses distribusi sayuran dari sentra penghasil sayuran sedikit terhambat. Selain itu, kemungkinan besar hasil panen patani sementara merosot, hal tersebut terlihat dari agen pengumpul yang membawa sayuran juga sedikit.

Meski harga sayuran terus mengalami kenaikan, pedagang mengaku hal tersebut belum berpengaruh terhadap permintaan konsumen yang hingga saat ini tetap tinggi. Begitupun, pedagang pesimistis permintaan akan terus tinggi hingga sepekan ke depan jika harga sayuran tetap mahal. "Ini baru awal-awal jadi belum berpengaruh (terhadap permintaan-red), kalau hal ini berlangsung hingga satu atau dua minggu, otomatis permintaan akan turun," kata Sulaiman, pedagang sayuran di Pasar Sukaramai. (daniel pekuwali)
Magelang, ANTARA Jateng - Kalangan petani di sejumlah kawasan gunung di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai menanam beraneka macam sayuran pada awal musim hujan.

"Umumnya sudah mulai tanam sayuran, macam-macam sayuran, karena sudah sering turun hujan," kata Penasihat Kelompok Tani 'Sidorejo' Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, di kawasan Gunung Andong Supadi Haryanto, di Magelang, Jumat.

Sebelumnya, kata dia, petani di dusun setempat merampungkan masa panen tembakau.

Ia mengatakan hujan di kawasan itu sudah mulai turun antara dua hingga tiga hari sekali.

Tanaman sayuran yang ditanam petani setempat antara lain kol, tomat, sawi, cabai, dan kubis, serta jagung.

"Rata-rata tiga bulan nanti baru mulai panen. Kalau panen sayuran untuk dijual ke pasar sayuran, kalau panen jagung umumnya untuk konsumsi sendiri," katanya.

Supadi yang juga pedagang sayuran hasil panenan petani kawasan setempat untuk dipasok ke pasar sayuran di Bandungan, Kabupaten Semarang itu mengatakan, harga tomat di tingkat petani setempat saat ini Rp2.500 per kilogram, kol Rp5.000, kubis Rp2.500, cabai Rp11.000, dan Sawi Rp1.200.

Seorang anggota Kelompok Tani "Setya Tani" Dusun Krandegan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, di kawasan Gunung Sumbing Heri Surachman mengatakan, petani setempat umumnya juga sudah mulai menanam sayuran setelah selesai masa panen tembakau.

"Di tempat kami hampir setiap hari sudah turun hujan, kebanyakan petani sudah mulai menanam sayuran. Memang saat ini cuaca cukup bagus untuk mulai tanam sayuran," katanya.

Berbagai sayuran yang mulai ditanam petani setempat antara lain "loncang", kentang, sawi, dan kubis.

(Berita Daerah - Jawa), Sejumlah petani di daerah Pantura Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mengaku kesulitan memenuhi pesanan konsumen karena produksi terbatas sedangkan permintaan dari pasar tradisional terus meningkat.
Kepala Seksi Kelembagaan dan Pengembangan Tani Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Ir Anang kepada wartawan di Indramayu, Selasa, mengatakan, sejumlah petani sawi pakcoy kesulitan memenuhi permintaan pasar.

Produksi sayuran dataran rendah di Indramayu perlu ditingkatkan, kata Anang, karena pesanan pasar tradisional terus meningkat, kesempatan bagi petani setempat untuk mengembangkan usaha tersebut.

Anang menuturkan, usaha budidaya sawi pakcoy cukup menguntungkan bagi petani karena harganya bertahan tinggi dibandingkan tanaman lain.

"Masa tanam sawi putih sekitar 25 hari, cukup singkat modal dasar petani cepat kembali, selain itu keuntungan masih menjanjikan dari lahan 1000 meter menghasilkan dua ton,"katanya.

Harga sawi pakcoy dari petani dijual Rp3000 per kilogram, kata dia, hasil panen 1000 meter lahan pertanian hingga dua ton, modal tanam paling Rp2,5 juta. Keuntungan petani bisa mencapai Rp3,5 juta.

Sementara itu Hariri petani sayuran dataran rendah di Indramayu mengaku, petani sawi pakcoy kesulitan memenuhi pesanan sejumlah pasar tradisional, padahal lahan tanam ditambah.

Sawi putih semakin diminati oleh konsumen lokal, kata dia, sebelumnya petani kirim sawi pakcoy tersebut untuk Singapura dan Korea, tetapi pasar lokal semakin menggairahkan eskpor terbengkalai.

H Sobari pedagang sayur di Kanoman Cirebon menuturkan, pasokan sawi pakcoy masih didatangkan dari Kabupaten Indramayu, tapi kiriman sering terhambat, akibat produksi mereka masih terbatas.
Indramayu, 16/10 (ANTARA) - Sejumlah petani di daerah Pantura Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada musim kemarau berkepanjangan tetap menanam sayuran dataran rendah yakni sawi pakcoy karena hemat air sehingga terhindar dari gagal panen. 
Rohimat, petani di Haurgeulis Kabupaten Indramayu, kepada wartawan di Indramayu, Selasa, mengatakan, musim kemarau berkepanjangan petani setempat tetap tanam sawi pakcoy karena hemat air dibandingkan padi. 
"Kemarau panen sawi pakcoy cukup memuaskan yang penting tanaman tersebut disiram setiap hari dan kebutuhan pupuk organik terpenuhi, hasil panen bisa maksimal,"katanya. 
Rohimat menjelaskan, tanaman hemat air cocok dan potensial dikembang di daerah Pantura karena sebagian lahan pertanian merupakan sawah tadah hujan. 
Sayuran dataran rendah mampu mengangkat kesejahteraan petani pantura Kabupaten Indramyu, kata dia, karena hasilnya jauh lebih tinggi dibandingkan tanam padi. 
Sawi pakcoy hanya butuh satu bulan hingga panen, modal tanam cepat kembali, selain itu harga bertahan tinggi karena permintaan dari sejumlah pasar tradisional mengalami peningkatan. 
Kepala Seksi Kelembagaan dan Pengembangan Tani Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Ir Anang menuturkan, kemarau berkepanjangan sejumlah petani tetap tanam sayuran dataran rendah karena hemat air dibandingkan padi. 
Sawi pakcoy cocok dan potensial dikembangkan daerah Pantura Kabupaten Indramayu, kata dia, hasil panennya mampu memenuhi pesanan ekspor dan pasar lokal. 
Holtikultura menurut Anang, sangat menguntungkan petani dibandingkan tanaman pangan, tapi butuh ketelitian dan pengembangan pasar, supaya hasil panen mudah menjual. 
Dikatakannya, mengembangkan tanaman holtikultura mampu menyerap tenaga kerja, karena masa tanam singkat lahan pertanian sering diolah. (T.KR-EJS/B/Y003/Y003) 16-10-2012 14:39:09 NNNN

Jumat, 19 Oktober 2012

berat per kilogram

1 kg selada                             kurang lebih 15 tanaman    150gr/tanaman
1kg sawi caisim                      kurang lebih  6 tanaman      250gr/tanamam

Kamis, 18 Oktober 2012


YOGYAKARTA: Pada minggu pertama Mei 2011, harga komoditas sayuran meningkat tajam. Di pasar tradisional Kota Yogyakarta, kenaikan harga bisa mencapai dua kali lipat bahkan lebih.
Seorang pedagang sayur di Pasar Pathuk, Sugeng menuturkan rata-rata harga sayur mengalami kenaikan. “Namun, dari sekian sayur yang ada, daun selada disebutnya memiliki peningkatan harga yang cukup drastis. Daun selada biasanya cuma Rp6.000-Rp7.000 per kilogram, sekarang bisa sampai Rp15.000,” terang dia.
Bahkan, tegasnya, harga di Pasar Giwangan dapat mencapai Rp20.000 per kilogram.
Penyebab kenaikan harga daun selada yang mencapai 150% lebih ini tidak terjadi di Jogja tetapi beberapa kota yang mendapat pasokan dari Bandung. Pasalnya, lanjut perempuan berkerudung ini, Bandung sedang tidak mengalami panen hortikulura.
Keterangan serupa juga dikeluarkan Kasi Pengadaan dan Penyaluran Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) DIY, Sri Hartati.
Ditemui di ruang kerjanya kemarin, dia  menuturkan jika sebagian sayur mayur di Jogja dipasok dari Bandung. Lantaran sedang tidak panen, praktis jumlah persediaan sayur di daerah ini menipis dan harga melonjak.
Berdasarkan pantauan Disperindagkop DIY pada Rabu (4 Mei) dari tiga pasar di Kota Jogja, Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan dan Pasar Demangan, harga yang mengalami peningkatan tajam ialah tomat.
“Tomat sebelumnya hanya Rp3.000 per kg, sekarang bisa sampai Rp7.500 per kg,” terang Tati.
Meski ada beberapa jenis sayuran yang mengalami lonjakan harga, ada pula harga sayur yang mengalami penurunan seperti kobis dari Rp2.500 per kg menjadi Rp2.000 per kg.
Disamping itu, harga bawang merah mengalami penurunan sebesar Rp665 per kg atau dari Rp14.000 per kg menjadi Rp13.335 per kg. Namun, harga bawang putih masih terjadi peningkatan sebesar Rp665 atau dari Rp23.670 per kgg menjadi Rp24.335 per kg.
“Kalau untuk cabai, sekarang sudah turun ya, harga cabai rawit merah turun dari Rp29.000 per kg ke Rp26.335 per kg, sedang cabai rawit hijau masih sama di angka Rp14.000 per kg,” ujar dia. (Harjo/DOT)
Petani memanen selada di area perkebunan Desa. Cihideung, Kec. Parongpong Lembang,  Kab. Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (1/12). Dalam seminggu terakhir selada tersebut di jual Rp7000/kg naik 80% dari sebelumnya Rp4000/kg disebabkan curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini sehingga membuat  hasil panen menurun akibat banyak tanaman membusuk.
Selada keriting biasa digunakan sebagai salah satu bahan masakan Jepang atau sayur sajian steik. Permintaan sayuran ini terus meningkat. Petani senang, karena mereka bisa menuai untung hingga tiga kali lipat dari penanaman selada ini.

Seiring dengan pertumbuhan usaha kuliner, permintaan selada keriting terus meningkat. Maklum, selada sering menjadi pelengkap sajian atau pemanis sebuah hidangan. 

Menurut Wasil, Kepala Produksi Saung Mirwan di Bogor, Jawa Barat, setiap bulan, mereka harus memasok hingga 800 kilogram (kg) selada keriting ke pelbagai restoran. Harga jual sayuran yang sering menjadi lalapan itu di atas Rp 5.000 per kg. 

Begitu pula dengan Eko Nugroho. Petani dari Kaliurang, Yogyakarta yang baru menanam selada awal 2010 ini menyuplai 150 kg per bulan selada keriting dari lahannya seluas tiga hektare. Sebelumnya, ia bertanam timun jepang. 

Eko beralih menanam selada keriting karena lahan yang dibutuhkan tak luas dan dapat ditanami terus menerus. Dia pun berani mengklaim selada keriting asal Kaliurang lebih gurih dan tahan lama. 

Eko menjual selada keritingnya dengan harga berkisar Rp 5.000 hingga Rp 8.000 per kg. Bila musim hujan tiba, ia bisa mendongkrak harga jualnya sampai Rp 10.000 per kg.

Dalam sebulan, Eko bisa meraup omzet Rp 800.000 hingga Rp 1,5 juta dari selada keriting. Meski omzetnya terbilang kecil, keuntungan penanaman selada keriting ini cukup besar. "Karena biaya produksi hanya Rp 3.000 per kg," kata Eko. Padahal, harga benih selada keriting cuma Rp 18.000 per 1.000 benih. 

Hanya, Eko mengakui, harga selada keriting, terutama di pasar cukup berfluktuasi. Ia pun berniat mengirim seladanya ke restoran atau supermarket. 

Untuk menjaga kontinuitas pengiriman ke supermarket, Eko juga akan menggandeng petani selada keriting lainnya. Maklum, supermarket menerapkan sistem penalti jika pengiriman tidak lancar alias seret. 

Selada keriting baik ditanam di ketinggian 900 meter hingga 1.200 meter. Sayuran ini bisa dipanen tiap enam minggu sekali. Eko pun memanen seladanya dalam waktu 35 hari. 

Saat menggemburkan tanah, dilakukan pemupukan dengan menggunakan kompos. Setelah itu, pada usia tiga minggu digunakan pupuk MPK. 

Selain kompos, Eko juga memakai pupuk kacing. Pupuk ini berasal dari tanah yang telah dimakan oleh cacing. Selain itu, ia juga menggunakan air seni kelinci. Tentu saja, air kencing kelinci itu difermentasikan terlebih dahulu. Semua pupuk ini diaplikasikan pada tanah sebelum penanaman.

Supaya hasil panen memuaskan, tutur Wasil, di atas tanaman selada harus dipasang plastik untuk melindungi dari hujan dan terik matahari. 

Penyakit yang sering menyerang selada keriting adalah bercak daun. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Cerkospora dan Aternaria ini justru muncul menjelang masa panen. 

Namun, kedua jamur itu bisa diatasi dengan pestisida yang mengandung bahan aktif Propinet. Hanya, Eko justru memilih mencabut seladanya bila ada yang terkena penyakit.

Adapun hama yang mengganggu tanaman ini adalah ulat tanah. Ulat sering menyerang saat tanaman berumur satu hingga dua minggu. "Setelah itu, ulat tak menyukai rasa daunnya," ujar Wasil. Untuk membasmi ulat, petani menyemprotkan pestisida dengan kandungan bahan aktif Deltametrin.

Berita Daerah - Jawa), Harga cabai di pasar induk buah dan sayuran Giwangan, Kota Yogyakarta, Jumat, berfluktuasi dibandingkan dengan harga sepekan lalu yang relatif stabil.
Tumirah, pedagang cabai di pasar itu, mengatakan harga cabai dalam beberapa hari terakhir terkadang turun, kemudian naik, bahkan sempat sama dengan harga sepekan lalu.

Harga cabai rawit merah semula Rp13.000, saat ini turun menjadi Rp12.000 per kilogram, sedangkan cabai merah keriting bertahan Rp13.000.

Untuk beberapa jenis cabai memang naik, seperti cabai hijau besar dari Rp9.000 menjadi Rp10.000 per kilogram, dan cabai merah besar dari Rp10.000 menjadi Rp12.000. Namun cabai keriting hijau relatif bertahan Rp10.000 per kilogram.

Meski ada yang berfluktuasi, stabil maupun naik, persediaan barang dagangan mencukupi dan pasokan lancar.

Tukinem, pedagang sayuran di pasar tersebut, menambahkan harga sayuran juga tidak berfluktuasi, ada yang naik dan turun, meski persediaan barang mencukupi dan pasokan lancar.

"Harga kubis dan sawi hijau masih tetap Rp2.000 per kilogram, wortel lokal ukuran besar Rp6.000 , sedangkan wortel ukuran kecil Rp5.000 per kilogram," katanya.

Harga buncis Rp3.500, brokoli kualitas sedang Rp8.000 per kilogram, sementara tomat ukuran sedang turun dari Rp7.000 menjadi Rp5.000 per kilogram, dan tomat ukuran kecil turun dari Rp4.000 menjadi Rp3.000 per kilogram.

Ia mengatakan harga kentang ukuran besar masih Rp6.000 dan kentang kecil Rp5.000 per kilogram.

"Daun kemangi, bayam, dan kangkung, harganya masing-masing Rp1.000 per ikat, sedangkan kembang kol naik dari Rp5.000 menjadi Rp6.000 per kilogram," ujarnya.

Bawang putih sejak dua hari lalu harganya turun dari Rp20.000 menjadi Rp17.000 per kilogram, sedangkan bawang merah bertahan Rp8.500, dan kacang panjang tetap Rp6.000 per kilogram.

(wsh/WSH/bd-ant)

Harga Sayuran Turun, Petani Pilih Tidak Panen


BANDUNGAN, suaramerdeka.com -Petani sayuran di Desa Sidomukti, Bandungan Kabupaten Semarang memilih tidak memanen sayurannya karena harganya terus menurun. Bahkan dalam beberapa minggu terakhir harga sayur turun hingga 70 persen.
Salah seorang petani, Sulaeman (59) warga Pakopen, Bandungan mengatakan harga sayur yang terus menurun membuatnya merugi. Guna mengantisipasi kerugian tidak bertambah, dia tetap memanen tanaman sawi miliknya meski dihargai Rp 1000 per ikat. Menurutnya, penurunan harga paling parah terjadi pada tanaman wortel, sebelumnya harga bisa menembus Rp 3000/ kilogram, namun sekarang di pasaran hanya Rp 300/ kilogram.
"Saya nekad memanen karena jika pasrah justru semakin terpuruk. Selain saya, banyak petani lainnya yang memilih membiarkan tanamannya mengering tidak dipanen dan memilih menjadikan bibit guna ditanam kembali," katanya, Minggu (10/6).
Senada dengan Sulaeman, Subakir (53) warga Dusun Kluwihan, Sidomukti, Bandungan menuturkan, harga wortel dalam beberapa minggu terakhir mengalami penurunan tajam. Padahal untuk mengolah tanah per petak atau lebih kurang 50 meter persegi, para petani sedikitnya harus mengeluarkan dana Rp 200 ribu. Satu petak lahan bisa menghasilkan tanaman wortel siap panen berumur 100 hari lebih kurang 200 kilogram.
"Kami baru dapat untung bila harga per kilogram bisa tembus Rp 3000-4000, bila tidak petani pasti akan merugi," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sidomukti, Budiyah menjelaskan, di desa Sidomukti memang menjadi salah satu sentra sayuran seperti sawi, wortel, seledri, dan unclang. Menurutnya, sejumlah sayuran selain wortel juga mengalami penurunan harga. Unclang biasa dijual Rp 8000-10.000 saat ini hanya laku Rp 3.000, sawi sebelumnya Rp 2.500 sekarang Rp 1.000, dan seledri yang dahulu laku Rp 4.000 sekarang hanya laku Rp 2000.
"Penurunan harga sayur tersebut salah satunya disebabkan adanya stok yang melimpah dari wilayah Wonosobo dan Magelang. Sayuran tersebut kemudian menumpuk di Pasar Jetis, yang terkenal sebagai sentra sayur di Kabupaten Semarang. Terlepas dari itu, tahun ini hasil pertanian khususnya sayuran dari Bandungan dianggap jelek sehingga daya serap pasar menjadi rendah," jelasnya.

Harga Wortel dan Sawi Anjlok


SEMARANG, KOMPAS.com -- Sawi dan wortel yang menjadi andalan petani sayuran di Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, kini anjlok harganya.
Wortel yang biasanya Rp 3.000 per kg, anjlok hanya Rp 300 per kg. Sedangkan harga sawi hijau hanya dihargai Rp 1.000 per ikat, yang sebelumnya Rp 2.600 per ikat.
Purwito, pedagang sayuran asal Bandungan, yang memasok pasar tradisional di Klipang, Pedurungan, dan Kedungmundu, Kota Semarang, mengatakan bahwa panen sayuran kali ini kurang menguntungkan petani.
"Saya bisa banyak membeli sayuran untuk dijual ke pasar di Semarang. Wortel yang biasanya hanya membeli 3 kuintal, tadi pagi bisa borong sampai 5 kuintal. Harga wortel di pasar Semarang masih laku Rp 1.500 per kg," kata Purwito, Senin (11/6/2012).
Tidak hanya wortel dan sawi yang anjlok harganya. Harga sayur unclang juga merosot dari Rp 10.000 per ikat turun tajam hanya Rp 3.000 per ikat. Seledri dari Rp 4.000 per ikat menjadi Rp 1.800 per ikat. Kol atau kubis yang semula Rp 2.000 per kg kini hanya Rp 750 per kg.
Anjloknya harga sayuran ini diperkirakan akibat membanjirnya sayuran dari sentra di Salatiga, Wonosobo, Tegal, dan Karanganyar.

Cuaca Ekstrem, Harga Sawi Naik Hingga 70 %


MEDAN – Cuaca ekstrim yang tengah melanda Medan belakangan ini membuat sayur-sayuran khususnya Sawi mengalami kerusakan dan tidak dapat berproduksi dengan baik, akibatnya harga sayur sawi melonjak naik hingga 70% dari harga biasanya.
Pemilik kebun sayur di Taman Citra Medan Marelan, Ali membenarkan bahwa penyebab terjadinya kenaikan harga pada sayur sawi dikarenakan sayur tersebut mengalami kerusakan dan tidak dapat berproduksi dengan baik. “Karena hal itu lah, maka harga sayur sawi mau tidak mau kami naikan,” ucapnya , Jumat (18/5)..
Lanjutnya bahwa hujan lebat dan angin kencang membuat ladangnya banjir dan tanahnya pun mengalami kerusakan, secara otomatis sayur yang baru ditanam tidak dapat berproduksi dengan baik, dan membuat petani rugi. “Dinaikkan harganya itu sebenarnya semata-mata cuma untuk menutupi modal dikarenakan sayur sawi yang masih dikatakan dalam pembibitan dipastikan akan mati,”terangnya.
Ditambahkannya bahwa harga sayur sawi pada saat ini mencapai Rp 8.000/kg dari harga awalnya Rp 2.500/kg. Untuk harga perbalnya mencapai Rp 65.000/bal atau 10 kg dari harga biasanya Rp 10.000 /bal sampai Rp 20.000/balnya.
Ia menambahkan bila sepekan kedepan masih tetap terjadi cuaca ekstrim, dimungkinkan harga sayur Sawi juga akan mengalami kenaikan yang cukup drasitis lagi, dan dikawatirkan peminatnya juga tidak ada. “Dengan harga yang mahal ini orang lebih beralih memilih untuk membeli sayur kangkung akar atau bayam, namun untuk pelanggan tetap alhamdulilah sampai sekarang tetap membeli sayur tersebut,” pungkasnya.
Ditempat terpisah penjual sayur di Pasar Sei Kambing Medan, Jepri mengatakan untuk minggu-minggu ini pembelian sayur Sawi sedikit dibatasi kerena  menurutnya harga sayur Sawi tersebut butuh modal yang cukup tinggi dan ditakutkan pembeli dan peminatnya hanya sedikit.
Kata Jepry, harga sayur Sawi saat ini dijualnya kepada konsumen Rp 8000 perkilogramnya yang sebelumnya hanya Rp 2500 perkilogramnya. “Lebih banyak itu pembelinya para pelanggan tetap saja, itu pun jumlahnya dikurangi biasa beli 5 kg jadi 2 kg, makanya kami juga beli dari petani itu gak banyak-banyak, takut gak habis,” ucapnya. (Puput Julianti Damanik)

Petani Mengeluh Harga Sawi Anjlok


SUKARAJA- Sejumlah petani Sukaraja mengeluhkan anjloknya harga komoditi sayuran seperti sawi di pasaran. Anjloknya harga akibat hasil panen yang kurang kualitas. Secara fisik dari hasil panen yang dihasilkan cukup baik, namun secara kualitas ketahanan hal itu justru sebaliknya.
Menurut seorang pengelola perkebunan, Sutarji menuturkan, saat ini harga sawi dipasar semakin menurun. Tidak hanya wilayah sukabumi, Cianjur dan pasar induk lainnya pun juga sama. “Saat ini harga sawi dipasar Rp 2ribu/kg, padahal sebelumnya sempat naik hingga mencapai Rp 3.500/kg,” katanya.
Hal yang menyebabkan menurunnya harga sawi tersebut lantaran kualitas yang dihasilkan pada musim kemarau ini menurun. Tidak hanya dari daya tahan sawi sendiri yang cukup rentan, melainkan juga dari panasnya cuaca yang dapat menurunkan kesegarannya dan menyebabkan penyusutan berat.
Seorang tengkulak sayuran, H Rosyid menuturkan, saat ini harga sawi dipasar menurun drastis. Tidak hanya dipasar Sukabumi, Cianjur dan pasar induk juga sama. “Selama beberapa waktu terakhir ini harga sawi rendah, dan saat ini yang tengah berada diatas adalah sayuran lain seperti kacang panjang, cabe dan bawang,” ujarnya.
Ia mengatakan, setiap hari ia selalu mengirim barang kesetiap pasar-pasar, jadi setiap perubahan-perubahan harga yang terjadi dapat diketahui. “Meskipun harganya anjlok, namun jumlah pesanan setiap harinya standar dan tidak ada penurunan. dan hampir setiap hari, kita selalu mengirim sedikitnya 3-6ton ke masing-masing pasar induk,” tambahnya.
Hal yang paling penting dari hasil pertanian dan harganya adalah dari faktor cuaca dan iklmi di daerah tersebut. “Dan biasanya, itu pun juga tergantung dari petani itu sendiri dalam mengolah pertaniannya,”pungkasnya. (cr7)
Short URL: http://radarsukabumi.com/?p=27365