Selasa, 05 Maret 2013


BUDIDAYA TOMAT CHERRY

Tomat Cherry: Budidayanya menjanjikan (1)

Tomat Cherry: Budidayanya menjanjikan (1)
Tomat yang merupakan tumbuhan dari keluarga Solanaceae punya banyak varietas. Salah satunya adalah tomat cherry. Tomat jenis ini memakai embel-embel cherry karena bentuknya yang mungil seukuran dengan buah cherry.
Meski ukurannya mini, tomat cherry memiliki semua kandungan yang ada pada tomat lainnya. Misalnya, rendah sodium, lemak jenuh, dan kolesterol. Rasanya juga manis. Karena itu, peminatnya semakin banyak.
Usaha budidaya tomat cherry pun menjanjikan. Salah satu pembudidayanya adalah PT Kebun Sayur Segar di Parung, Bogor. Mulai membudidayakan pada 2004, kini mereka berhasil memproduksi tomat cherry sekitar 100 kg per hari.
Yudi Supriyono, Manajer Produksi Kebun Sayur mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir permintaan terhadap tomat cherry meningkat. Tomat ini menjadi primadona lantaran bentuk fisik mungil sehingga memudahkan pengguna dalam mengolahnya. "Tomat ini tak usah dipotong ketika dicampur sebagai bumbu masakan," katanya.
Pembudidaya tomat ini menyasar konsumen menengah atas. Tak heran, tomat cherry tak beredar di pasar tradisional, cuma di pasar modern seperti supermarket dan hipermarket.
Asyiknya, cara menanam tomat cherry juga gampang. Cukup disemai dari biji dan bisa panen dalam waktu enam bulan. Setiap batang bisa menghasilkan buah sekitar 2 kg - 4 kg.
Sayang, Yudi enggan memerinci omzet perusahaanya. Yang jelas, Kebun Sayur saban bulan memproduksi tiga ton tomat cherry dengan harga jual Rp 20.000 per kg. Itu berarti, dengan asumsi produksi dan harga stabil, tiap bulan mereka bisa mendapat Rp 60 juta.
Ifan Ali, pemilik Van Farm yang juga membudidayakan tomat cherry, bilang, budidaya tomat ini masih menjanjikan. Dia terjun ke bisnis ini berawal dari riset yang dirinya lakukan saat kuliah. Ifan pun tertarik untuk membudidayakan tomat cherry sejak tahun lalu. "Pembudidaya tomat cherry di Indonesia masih belum banyak," ungkapnya.
Padahal, permintaan tomat cherry cukup besar. Selain buahnya untuk dikonsumsi, tomat jenis ini juga bisa menjadi tanaman hias. Harga bibit impor Rp 10.000 per kantong isi 15 bijih. Tapi, Ifan mengingatkan, tanaman ini sangat rawan penyakit saat perubahan musim.
Selain ke pasar modern, Ifan juga menjual tomat cherrynya ke restoran. Harga jualnya mulai Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per kg. Tiap bulan dia bisa memproduksi 1 ton tomat ini dengan omzet Rp 30 juta. "Kalau dijual ke pasar tradisional, harganya bisa jatuh menjadi Rp 15.000 sekilo," tutur dia. 

(Bersambung)

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/tomat-cherry-budidayanya-menjanjikan-1

Tomat Cherry Hidroponik, Si Manja Berprospek Cerah

Tomat Cherry Hidroponik, Si Manja Berprospek Cerah 
Jumat, 03/09/2010 | 10:07 WIB
Bertanam tomat sayur maupun tomat buah, mungkin sudah biasa bagi petani kita. Tapi bertanam tomat cherry secara hidroponik, belum banyak petani kita yang melakukannya. Memang, butuh ketelatenan tersendiri, tapi potensi rezekinya pun tidak biasa-biasa saja.

            Dua tahun lalu di kesejukan Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali ada pemandangan “aneh”. Beberapa bangunan beratap plastik transparan tegak berdiri di antara perkebunan penduduk.
I Luh Seri, Wayah Rauh, Ketut Murti, dan beberapa ibu lain tampak tekun bekerja di dalam bangunan yang disebut green house itu. Mereka secara rutin menyiram, membersihkan daun, dan sesekali membuang batang atau daun yang layu. “Tanaman ini memang manja. Harus diperlakukan seperti merawat bayi,” komentar Luh Seri (42).
Tanaman manja itu adalah tomat cherry. Ia ditanam secara hidroponik di dalam green houseyang dibangun khusus dengan biaya sekitar Rp 35 juta per unit. Uniknya, semua pengelola perkebunan “modern” ini adalah perempuan.
“Mungkin karena terbiasa mengerjakan hal-hal yang rumit dan perlu ketelitian khusus,
maka yang paling cocok mengelola perkebunan semacam ini adalah perempuan,” ujar Dra Ida Ayu Martini, pimpinan Bali Fresh, perusahaan supplier sayur-mayur yang “menggerakkan” ibu-ibu petani di Rendang itu.
            Tomat cherry yang ditekuni ibu-ibu petani Rendang tadi memang bukan tanaman asli Bali. Bibitnya pun harus didatangkan secara khusus dari Belanda. Maklum sajalah, tomat kecil-kecil yang bisa langsung dikunyah per biji itu sebagian besar diperuntukkan bagi hotel dan restoran.
“Sangat mungkin nantinya menjadi komoditas ekspor kalau kita mampu mengembangkannya secara besar-besaran. Tapi untuk itu kita membutuhkan dana besar dan keterlibatan banyak pihak,” ungkap Dayu (panggilan akrab Ida Ayu Martini) sambil mengimbau pemda untuk memperhatikan bentuk-bentuk pertanian alternatif seperti itu.
            Bali memiliki potensi besar untuk mengembangkannya. “Di kawasan seperti Rendang, Kintamani, Bedugul, dan kawasan lain yang memiliki suhu dan kelembaban serupa, jenis-jenis tanaman sejenis sangat mungkin dikembangkan,” tutur Suratna, staf Bali Fresh yang tekun mendampingi ibu-ibu petani tomat cherry di Rendang. “Harus saya akui, kami sendiri surprise dengan hasil yang diperoleh ibu-ibu ini. Tomat cherry dari Rendang ini benar-benar the best,” tambah Suratna .
            Dalam catatan Suprio Guntoro, peneliti pada Balai Penelitian Pertanian Bali, dalam sepuluh tahun terakhir ini lahan sawah susut rata-rata 300 hektar per tahun, sehingga pada saat kini luas sawah di Bali tinggal 83 ribu hektar. Sedangkan luas areal perkebunan susut rata-rata 400 hektar per tahun dan kini tinggal 166.000 hektar.
Di atas lahan yang kian sempit dan mahal itu diperlukan pengembangan pola pertanian khusus yang bisa mendatangkan nilai tambah yang lebih besar. Lihatlah perkebunan tomat cherry di Rendang ini. Masing-masing petani “hanya” menyediakan 2 are (200 meter persegi) lahan untuk menanam sekitar 400 batang tomat.
Saban dua hari mereka panen. “Selama enam bulan, kebun ini sudah menghasilkan lebih dari 1 ton,” ungkap Wayan Armadia (55), istri seorang guru SD, yang memiliki catatan rapi jumlah panenannya. Bisa dibayangkan hasil yang diperoleh bila harga tomat itu berkisar antara Rp 5.000-6.000 per kilogram di tingkat petani.
            Model pertanian tomat cherry yang dilakukan dengan sistem hidroponik sama sekali tidak tergantung musim. Meskipun tiap setahun hingga satu setengah tahun sekali tanaman tomat cherry harus diganti, namun masa tanam antarpetani bisa diatur hingga penggantian pohon tidak serentak dilakukan. Dengan demikian tidak ada masa “paceklik” dan masa kelebihan panen.
            Tapi jangan sekali-sekali memasuki green house, tempat para ibu di Rendang bertanam tomat cherry, tanpa mencuci kaki dengan disinfektan. Di depan pintu masuk telah tersedia sebuah kolam kecil berisi larutan disinfektan tempat sandal atau sepatu dicelupkan sebelum melangkah melewati pintu.
Begitu manja jenis tanaman ini hingga setiap perempuan petani yang mengelolanya harus menyediakan waktu 7-8 jam sehari untuk sekitar 400 pohon di atas lahan 2 are. “Tapi kami senang. Kami kan petani,” sergah I Luh Seri yang sempat bekerja sebagai penjahit untuk sebuah perusahaan garmen di Kuta.
            Sekali “berani” menanam tomat cherry, maka jangan harap berpikir setengah-setengah. “Bahkan kondisi tubuh dan jiwa kita sangat berpengaruh terhadap pohon,” kata Dayu. Pernah, misalnya, karena persoalan omongan kiri-kanan, semangat I Luh Seri jatuh, perasaannya tersakiti. “Dalam beberapa saat saja seluruh tanaman layu dan harus diganti dengan yang baru,” imbuh Dayu ditimpali anggukan Luh Seri sambil tersenyum.
            Manisnya keuntungan bertanam tomat cherry dengan sistem hidroponik juga diakui Supervisor Pertanian Hidroponik Departemen Pertanian Agus Wahyudi, di Jakarta. Dia mengatakan, ladang hidroponik seluas 1.200 meter persegi bisa memanen sembilan ton tomat cherry dalam waktu lima bulan. Selanjutnya, dengan harga jual Rp 6.000 per kilogram, petani bisa menangguk hasil kotor Rp 54 juta. Alhasil, dengan biaya produksi sekitar Rp 21 juta, petani bisa untung sebesar Rp 33 juta, hanya dalam waktu 5 bulan.
            Semua yang diungkapkan Dayu berikut rekan-rekannya petani tomat cherry di Rendang, dan supervisor pertanian Agus Wahyudi itu adalah kalkulasi sederhana dua tahun lalu. Tapi faktanya untuk Maret-Juni 2010 tidak terlalu jauh berbeda.
            Hasil penelusuran Surabaya Post melalui dunia maya, antara Maret-Juni 2010 itu harga tomat buah maupun tomat sayur, di sejumlah daerah di Indonesia, berkisar antara Rp 2.000-10.000 per kilogram. Sedangkan harga tomat cherry hidroponik atau organik di sejumlah supermarket, mencapai Rp 7.000-8.000 per kemasan 200 gram.
            Apa yang diungkapkan Warisan (50), petani tomat dari Padang Cahya, Balik Bukit, Liwa, Lampung Barat ini, juga patut disimak. Dia mengaku memilih menanam tomat varietas TW/hibrida besar/tomat buah. Alasannya, tomat buah memiliki pangsa pasar yang luas karena multimanfaat, selain bumbu masak, juga dapat dibuat sebagai kebutuhan aneka minuman seperti jus buah, sambal, saos dan lain-lain.
            Modal yang dibutuhkan, kata Warisan, secara keseluruhan untuk tomat besar mencapai Rp2.500 per batang. Modal tersebut sudah termasuk untuk kebutuhan mulsa, obat-obatan maupun tenaga. Jika tanaman tumbuh normal, produksi yang dihasilkan  per batang mencapai 7-8 kologram.
            Menurut dia, meskipun tomat buah memiliki keunggulan tersendiri dibanding dengan budi daya tomat lainnya, kelemahan yang dialami untuk tanaman tomat relatif besar. Selain memerlukan mulsa dan bahan pemberantas hama, perawatan yang dilaksanakan juga rumit yaitu memerlukan lanjaran sebagai penopang tanaman dan tali pengikat agar tanaman berdiri. Perawatan rumit yaitu setiap minggu harus mengikat setiap cabang yang menjalar agar tanaman selalu tegak.
Soal keuntungan, menurut dia, bergantung harga. Jika harga di tingkat petani mencapai Rp 2.500 per kilogram, maka keuntungannya cukup besar. Masalahnya, seringkah harga di tingkat petani mencapai Rp 2.500 per kilogram, atau bisakah melebihi Rp 2.500 per kilogram? Jadi, bertanam tomat cherry hidroponik tetap punya prospek yang cerah. ins, tio


http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=aad13efa34917f71b03a268c3fa6a40a&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5

Sabtu, 03 November 2012

Buah Naga



pemupukan buah naga

1.Pemupukan

Pemupukan merupakan hal yang sangat vital sekali dalam budidaya buah naga,karena bila pemupukan tidak tepat,akan berakibat buah naga tidak tumbuh dengan maksimal.Untuk lebih lengkap mengenai pemupukan,baca postingan tentang pemupukan buah naga.Inti dari pemupukan adalah :Pada masa awal pertumbuhan yakni sejak tanaman muda hingga tanaman menjelang berbunga dan berbuah, tanaman buah naga banyak membutuhkan pupuk dengan kandungan unsur nitrogen (N) yang tinggi.Selanjutnya ketika tanaman buah naga mendekati masa berbunga dan berbuah, maka tanaman banyak membutuhkan pupuk dengan kandungan fosfor (P) dan kalium (K) yang tinggi.Jika anda ingin memupuk secara organik,untuk kandungan nitrogen (N) yang tinggi,gunakan air seni kambing.

2.Penyiraman
Buah naga memerlukan air yang cukup,tapi akan membusuk bila terlalu banyak air,bila kekurangan air,tanaman akan kerdil dan tidak tumbuh maksimal.

3.Pemangkasan.
Pemangkasan cabang yang tidak perlu pada tanaman buah naga sangat penting sekali,karena cabang yang terlalu banyak akan membuat buah naga lambat proses berbuah.dan buahnya juga akan jadi kecil-kecil.

4.Pengawasan buah naga
Pengawasan buah naga adalah hal yang vital,pengawasan disini termasuk menjaga agar batang tidak patah dengan cara memastikan batang tersebut merambat ke tiang penopang/panjatan buah naga,caranya dengan mengikat batang buah naga dengan kawat atau tali rafia ke tiang penopang atau panjatan,tapi jangan terlalu kencang mengikatnya agar batang tidak terluka dan busuk.Untuk lebih jelasnya lihat gambar diatas.

sumber : http://budidayabuahnaga.blogspot.com/2010/02/caratekniktips-budidayabercocok.html

buah naga


Ingin tahu bisnis tanaman apa yang saat ini makin menjanjikan? Jawabannya adalah bertanam buah naga. Tak percaya? Ini dia faktanya.
Menurut kepercayaan orang Cina, buah naga (Hylocereus undatus) dipercaya bisa membawa berkah. Bentuknya yang bulat lonjong, memiliki sirip, kulitnya berwarna merah jambu, dihiasi sulur atau sisik, sepintas mirip kepala ular naga. Sehingga, banyak orang juga menyebutnya sebagai dragon fruit, atau Houlungkuo, atau tanglung (batang melengkung).
Buah naga ini sebetulnya masih termasuk ke dalam keluarga kaktus, dan usianya bisa bertahan hingga belasan tahun. "Bahkan, di Vietnam ada buah naga yang usianya mencapai 20 tahun dan masih produktif. Sedangkan di Indonesia, buah naga baru dikembangbiakkan tahun 2000, jadi baru bertahan 8 tahun," tutur Sinatra Hardjadinata dari Indian Hill.
Sinatra melanjutkan, ada 4 jenis buah naga yang kini dikenal orang. Buah naga kulit merah daging putih (Hylocereus undatus), kulit merah daging merah (Hylocereus polyrhizus), super red yang medekati warna ungu (Hylocereus costaricensis), dan kulit kuning daging putih (Selenicerius megalanthus).
Jenis yang disebut terakhir, lanjutnya, tumbuh lebih lama dan ukuran buahnya lebih kecil, sehingga akan merugi jika dibudidayakan. "Berat satu buahnya saja hanya 1 ons," ujar Sinatra lagi, saat dijumpai di perkebunannya di daerah Sentul.
Namun, ia mengingatkan, dalam merawat buah naga sangat dibutuhkan sinar matahari penuh. Selain itu, mulai dari penanaman sampai usia produktifnya, buah naga membutuhkan cukup penyiraman. Namun, saat menyiramnya, jangan sampai media tanamnya tergenang karena akan membuat batang cepat membusuk.

Menurut Sinatra, media tanam untuk buah naga diperlukan yang toleran terhadap tingkat keasaman. Jika media tanahnya kurang asam, ia menyarankan, bisa menambahkan sedikit kapur. "Tanaman ini membutuhkan hara lebih banyak, yang berasal dari tanah dan pupuk kandang."
Syarat lainnya, lahan yang akan ditanami juga harus porous, berpasir, dan pakai pupuk kandang kambing yang dikomposkan dulu. Dalam setahun, pemupukan cukup dilakukan 2 kali. Yang perlu diingat juga, imbuhnya, awasi selalu hama yang bisa merusak tanaman buah naga seperti gulma atau bekicot.
Kendati demikian, mengembangbiakkan buah naga dari biji akan memakan waktu lama. Sinatra menyarankan, "Lebih mudah dengan stek batang. Asalkan batangnya sudah tua atau pernah berbuah. Seperti menanam singkong, batang buah dipotong lalu ditancapkan di tanah. Setelah 8 bulan, akan mulai berbuah. Dalam setahun, bisa panen 2-3 kali jika ditanam secara benar."
PROSPEK CERAH
Buah naga akan tampil indah jika ditanam di lahan yang agak luas atau media tanam yang tak terbatas ruangnya. Dan agar penampilannya lebih rapi, kata Sinatra, "Beri jarak antara tanamannya, dan beri penyangga pada batangnya. Di antara tanaman pun bisa ditanami berbagai umbi-umbian agar makin indah."

Namun, jika tak punya lahan luas, buah naga pun sebenarnya bisa ditanam di dalam pot berukuran besar atau drum bekas, dan masih bisa berbuah. Yang penting, imbuhnya, tanaman bisa terkena cukup sinar matahari dan diberi penyangga agar tak terlalu melengkung batangnya.
Menurut Sinatra, pada satu pohon buah naga dalam pot, jika sudah berbuah, bisa sampai 50 buah banyaknya. Di perkebunannya, Sinatra juga menyediakan bibit dalam skala besar, kecil, dan untuk tambulapot (tanaman buah dalam pot). Buah naga yang ditanam di pot juga bisa menjadi sangat menarik saat dijadikan sebagai pemanis ruangan, atau tanaman gantung.
Penyangga batang buah naga pun tersedia dalam berbagai jenis, antara lain yang terbuat dari besi beton, kayu, atau batang tanaman hidup lainnya. "Penyangga besi akan lebih awet dibanding peyangga kayu. Dan meskipun batang tanaman hidup bisa dijadikan penyangga, tapi saran saya sebaiknya jangan digunakan, karena nanti akan berebut makanan dengan buah naganya."

Uniknya lagi, sebagai peluang bisnis, menurut Sinatra, buah naga cukup menjanjikan, lho! Apalagi pertumbuhan buah naga cukup mudah dan cepat. Bahkan dalam sehari saja batangnya bisa tumbuh 2 cm.
"Dari 200 pohon buah naga yang ditanam, panen buahnya bisa mencapai 100 kg. Harga jual buahnya sekitar Rp 30- 35 ribu per kilo. Panen paling banyak terjadi di bulan Februari dan dua bulan kemudian, panen pun selesai," papar Sinatra. Buah naga bisa dinikmati begitu saja setelah kulitnya dikupas, atau 
dijadikan jus yang segar.

sumber :  http://dialerbisnis.blogspot.com/2011/03/prospek-cerah-buah-naga-dalam-pot.html

buah naga dalam pot


Tanaman buah naga bisa digunakan sebagai tanaman hias untuk memperindah halaman rumah sekaligus bisa dinikmati buahnya.. Buahnya dapat dipetik setiap minggu apabila sudah memiliki lebih dari 10 cabang produksi.
Kelebihan penanaman buah naga di pot adalah kita biasa memindahkan dan mengatur letak tanaman sesuai keinginan. Tetapi untuk menghasilkan tanaman buah naga yang produktif tetap harus diketahui cara perawatan dan pemupukan yang benar.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pembudidayaan buah naga di pot :
1.    Menyiapkan Pot
Anda bisa menggunakan berbagai jenis pot dari bahan semen, plastic, tanah liat atau drum bekas yang dipotong. Tetapi menurut pengalaman, pot dari bahan tanah liat adalah yang paling ideal karena tanaman buah naga membutuhkan perubahan suhu yang drastic dari siang ke malam dalam proses pembungaan. Ukuran pot yang digunakan semakin besar semakin baik, minimal berdiameter sekitar 40cm.
2.    Menyiapkan Tiang Panjatan
Tanaman buah naga membutuhkan tiang panjatan untuk menopang supaya tidak roboh. Nantinya tiang ini akan dililit akar udara dan akan menopang beberapa cabang produksi yang berat yang tentu saja perlu dipilih dari bahan yang kuat tetapi juga perlu diperhatikan jangan sampai pot tidak bisa menahan beban berat tiang panjatan.
Sebaiknya tiang panjatan dibuat dari besi beton berdiameter 8-10 cm, atau balok kayu yang kuat dan tahan lama karena usia buah naga yang bisa mencapai puluhan tahun. Tinggi tiang antara 150-200 cm disesuaikan dengan besar pot. Pada bagian bawah tiang diberi kaki-kaki penguat agar nantinya bisa kuat dan tidak mudah goyah. Untuk tiang dari besi beton, bagian yang terpendam dalam tanah bisa diberi aspal untuk menghindari karat. Untuk bagian atas tiang diberi piringan yang berbentuk seperti stir mobil yang berfungsi untuk menyangga cabang-cabang produksi yang banyak.
3.    Media Tanam
Setelah pot dan tiang panjatan sudah selesai disiapkan, selanjutnya adalah menyiapkan media tanam. Bahan-bahannya adalah pasir, tanah, pupuk kandang dan kompos dengan perbandingan 2:1:3:1. Anda juga bisa menambahkan bubuk batu bata merah secukupnya dan dolomit (kapur pertanian) sebanyak 100 g dicampur rata dengan bahan-bahan tersebut. Kemudian media tanam disiram dengan air hingga kondisi jenuh dan dibiarkan selama sehari semalam.
4. Penanaman bibit
Bibit sebaiknya dipilih yang besar, dari batang tua yang berwarna hijau tua keabuan dan bebas dari penyakit. Idealnya panjang bibit yang ditanam minimal 30 cm. Selanjutnya bibit ditanam disekitar tiang panjatan dengan kedalaman 10 cm, jangan terlalu dalam karena akan mengakibatkan pertumbuhan yang kurang bagus. Setelah ditanam media tanam ditekan-tekan agar bibit tidak mudah roboh. Selanjutnya media tanam disiram dengan air dan diletakkan ditempat terbuka tidak ternaungi yang terkena sinar matahari langsung.
5. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman buah naga yang ditanam di pot tidak jauh beda dengan buah naga yang ditanam dikebun yaitu meliputi pemupukan, penyiraman dan pemangkasan cabang yang tidak diperlukan. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah tanaman dipastikan menempel dengan baik pada tiang panjatan dan tidak roboh, oleh karena itu perlu dilakukan pengikatan batang buah naga pada tiang dengan menggunakan tali atau kawat dengan bentuk ikatan seperti angka ‘8’ tidak boleh terlalu kencang karena bisa merusak batang atau cabang seiring pertumbuhannya yang semakin membesar.
Cabang hasil pemangkasan bisa ditanam kembali untuk menambah jumlah bibit yang bisa di tanam di pot yang lain.


sumber : http://sogolagro.wordpress.com/2011/03/29/cara-budidaya-buah-naga-dalam-pot/