Kamis, 18 Oktober 2012

Harga Sayuran Turun, Petani Pilih Tidak Panen


BANDUNGAN, suaramerdeka.com -Petani sayuran di Desa Sidomukti, Bandungan Kabupaten Semarang memilih tidak memanen sayurannya karena harganya terus menurun. Bahkan dalam beberapa minggu terakhir harga sayur turun hingga 70 persen.
Salah seorang petani, Sulaeman (59) warga Pakopen, Bandungan mengatakan harga sayur yang terus menurun membuatnya merugi. Guna mengantisipasi kerugian tidak bertambah, dia tetap memanen tanaman sawi miliknya meski dihargai Rp 1000 per ikat. Menurutnya, penurunan harga paling parah terjadi pada tanaman wortel, sebelumnya harga bisa menembus Rp 3000/ kilogram, namun sekarang di pasaran hanya Rp 300/ kilogram.
"Saya nekad memanen karena jika pasrah justru semakin terpuruk. Selain saya, banyak petani lainnya yang memilih membiarkan tanamannya mengering tidak dipanen dan memilih menjadikan bibit guna ditanam kembali," katanya, Minggu (10/6).
Senada dengan Sulaeman, Subakir (53) warga Dusun Kluwihan, Sidomukti, Bandungan menuturkan, harga wortel dalam beberapa minggu terakhir mengalami penurunan tajam. Padahal untuk mengolah tanah per petak atau lebih kurang 50 meter persegi, para petani sedikitnya harus mengeluarkan dana Rp 200 ribu. Satu petak lahan bisa menghasilkan tanaman wortel siap panen berumur 100 hari lebih kurang 200 kilogram.
"Kami baru dapat untung bila harga per kilogram bisa tembus Rp 3000-4000, bila tidak petani pasti akan merugi," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sidomukti, Budiyah menjelaskan, di desa Sidomukti memang menjadi salah satu sentra sayuran seperti sawi, wortel, seledri, dan unclang. Menurutnya, sejumlah sayuran selain wortel juga mengalami penurunan harga. Unclang biasa dijual Rp 8000-10.000 saat ini hanya laku Rp 3.000, sawi sebelumnya Rp 2.500 sekarang Rp 1.000, dan seledri yang dahulu laku Rp 4.000 sekarang hanya laku Rp 2000.
"Penurunan harga sayur tersebut salah satunya disebabkan adanya stok yang melimpah dari wilayah Wonosobo dan Magelang. Sayuran tersebut kemudian menumpuk di Pasar Jetis, yang terkenal sebagai sentra sayur di Kabupaten Semarang. Terlepas dari itu, tahun ini hasil pertanian khususnya sayuran dari Bandungan dianggap jelek sehingga daya serap pasar menjadi rendah," jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar